Selasa, 20 Juni 2017

TBC KELENJAR (LIMFADENITIS TUBERKULOSIS) -



TBC KELENJAR  SURVIVOR !!Baca dan sharing yuk ^_^

TBC, agaknya tak asing lagi untuk kita masyarakat Indonesia. Penyakit ini biasanya mudah di kenali karena penderitanya pasti mengalami batuk berkepanjangan bahkan ada yang sampai mengeluarkan dahak darah. Berbeda dengan TBC Kelenjar yang masih asing di telinga kita. 

TBC Kelenjar atau dalam bahasa kerennya Limfadenitis Tuberkulosis ini adalah salah satu penyakit yang di sebabkan Oleh virus ataupun bakteri tuberculosis. Limfadenitis Tuberculosis ini lebih banyak menyerang perempuan. Dari namanya “Limfadenitis Tuberculosis” pada TBC jenis ini sering di temukan benjolan di leher, ketiak ataupun selangkangan.

Benjolan ini bukanlah seperti benjolan daging tumbuh atau orang Jawa akrab dengan sebutan “Uci-uci”, benjolan yang terjadi akibat TBC kelenjar ini cenderung lunak dan memiliki beberapa benjolan lain di sekitar benjolan utama. 

Seperti namanya, ‘TBC Kelenjar’. Penyakit TBC yang satu ini menyerang kelenjar manusia yang biasanya adalah kelenjar getah bening (di leher). Kelenjar getah bening adalah bagian vital dari tubuh manusia, kelenjar getah bening sendiri bertugas untuk membantu imunitas tubuh. Salah satu alasan, mengapa penderita dapat terinveksi virus TBC adalah imunitas yang menurun sehingga bakteri TBC kelenjar bisa menyerang kita kapan saja. 

TBC kelenjar di sebabkan oleh bakteri yang menginfeksi getah bening. Nah, darimana bakteri TBC Kelenjar ini dapat menginfeksi tubuh kita? Jawabannya adalah ‘Makanan’. Yaps, makanan yang tidak sehat dan makanan yang banyak mengandung zat-zat berbahaya adalah salah satu penyebab paling dominan. Mungkin bukan pada makanan yang kita makan, bisa jadi peralatan makan yang kita gunakan. 

Untuk ciri TBC kelenjar sendiri dari orang satu dan orang lainnya berbeda, ciri umumnya adalah terdapat benjolan di sekitar leher,ketiak ataupun selangkangan. Penderita TBC Kelenjar tidak harus mengalami batuk atau demam terlebih dahulu seperti TBC pada umunya. Benjolan ini dapat tumbuh membesar dan membuat penderitanya merasakan nyeri di bagian leher. 

Penanganan yang tepat dan cepat adalah salah satu penyelamat penderita TBC kelenjar. Karna apabila terus di biarkan tanpa adanya pengobatan medis bisa jadi benjolan ini akan semakin membesar lebih besar di bandingkan gondok. Hal yang paling di takutkan oleh tim medis saat penderita tidak mau melakukan pengobatan medis adalah pecahnya benjolan yang bisa jadi mengakibatkan hal yang buruk. Tak jarang benjolan ini tidak dapat pecah tetapi terus membesar sehingga tim medis harus melakukan operasi pengangkatan benjolan. 

Sedikit berbagi pengalaman pribadi, apabila kalian menemukan benjolan di sekitar leher ataupun di bagian lain di tubuh kalian alangkah lebih baik jangan memberikan benjolan itu minyak atau semacamnya apalagi memijat atau menekan benjolan. Karena hal itu hanya akan memperburuk keadaan benjolan tersebut.  

TBC Kelenjar tidak menular seperti TBC pada umunya, hanya saja apabila kita tidak melakukan pengobatan sesuai dengan prosedur  medis untuk TBC Kelenjar itu, hanya akan memperburuk kondisi tubuh kita, karena bakteri dapat menginfeksi paru-paru atau bagian tubuh yang lain. 

Beruntung, TBC Kelenjar yang saya alami tidak separah penderita lainnya. Pengobatan bagi penderita TBC Kelenjar tetaplah sama seperti penderita TBC lainnya. 6-9 bulan (tergantung seberapa parah TBC Kelenjar yang kita alami) rutin dan tidak boleh berhenti seharipun. Apabila kita berhenti 1 hari maka besok terhitung hari pertama bagi penderita untuk meminum obatnya meskipun penderita telah menjalani masa pengobatannya selama 1 atau 2 bulan (Bayangin aja hari-hari anda harus hidup dengan obat, bahkan di dompet pun ada obat!).

Obat yang di berikan tidak di minum sehari 2/3 kali melainkan 1 kali setelah makan dan langsung 3 butir sekaligus. Obat yang di berikan tidaklah sama dalam jangka waktu 6 bulan berturut-turut. Setiap minggunya penderita TBC harus melakukan pengambilan obat dan kontrol dengan dokter (ada pula yang sesuai dengan janji dokter), dalam tahap kontrol ini biasa penderita akan di timbang berat badannya secara berkala untuk memastikan tidak terjadi penurunan berat badan dengan kata lain penderita tidak boleh kurus! (nyiksa banget, mendadak gendutan huhu) dan selanjutnya dokter akan memeriksa benjolan kita apakah ada perubahan atau tidak. 

Kebayang gak sih betapa beruntungya kalian yang sehat dan baik-baik saja. Sebagai mantan penderita TBC Kelenjar yang bisa kapan saja terinfeksi lagi, saya merasa iri dengan teman-teman yang lain. Yang bebas makan apapun yang dia suka tanpa ada kata “tidak boleh”. Rasanya kangen banget makan mie instan, makan ayam goreng K*C, makan pizza, makan sosis, makan bakso sesuka hati, makan mie ayam tanpa harus ada jadwal, minum soda, minum float, minum-minuman dalam kemasan dan jajan tahu atau jamur crispy sepuasnya!!!! 

Sedih lagi, kalau lihat keluarga bisa enak banget makan mie instan dan saya harus buru-buru masuk kamar supaya gak sempet ngecium bau aroma mie instan. Dalam kamar pun masih harus nutup hidung supaya gak kecium baunya. Alay? Tapi emang itu kenyataannya. Setelah masa pengobatan selama kurang lebih 6 bulan lebih 2 minggu, entah gak tau kenapa ini hidung sama mulut gak ke kontrol. Bau mie instan aja udah bikin mual bahkan pernah hampir muntah saking peningnya. Namanya juga anak muda, pernah sekali ngenyel dan nyobain makan ayam goyeng K*C, beberapa jam kemudian kepala langsung pusing dan ayamnya pun saya keluarkan lagi (hahahahhaah) 

Pernah, salah satu teman tanya ke saya “gimana rasanya minum obat terus?”. Dengan santai saya jawab, gak enak! Apalagi setelah minum obat TBC kepala langsung pusing rasanya pengen di keluarin lagi aja obatnya. Dari sini saya belajar banyak, orang sehat dan mampu bertahan menjaga kesehatannya amatlah beruntung. 

Sama seperti penderita penyakit yang lain yang memerlukan pengobatan setiap hari, penderita TBC haruslah dalam pengawasan dan dukungan dari orang terdekat. Kebayangkan gimana rasanya jadi penderita yang harus survive selama 6 bulan untuk minum obat dan berobat terus. Alhamdulillah, saya punya ibu bagai alarm. Beliau adalah salah satu orang yang gak akan tidur kalau belum lihat saya minum obat (I Love you ibuk). Pernah suatu hari, rasanya saya mau nyerah aja deh, gak kuat minum obat yang gedhenya seruas jari dan sebanyak 3 butir (nelennya susah!, huhu). Tapi dengan baiknya ibu saya deketin saya dengan mata yang berkaca-kaca (udah mirip sinetron belum? Hahaha) dan bilang “Ayolah, harus sembuh pokoknya!” duhh... mendadak melow (alay kan alay hu!!!). 


TBC Kelenjar bisa di hindari kok, dengan cara olahraga teratur dan makan makanan yang sehat. Kalian yang hobi ke resto siap saji atau apalah itu jangan bangga dulu ya? Duh.. udah berapa banyak bakteri yang kalian simpan dalam tubuh? Nabung penyakit di masa depan? Biasakn untuk makan masakan rumah. Apalagi perempuan, harus bisa masak dong... supaya sehat dan jadi calon istri idaman (hahahaha). Ingat satu hal pengobatan TBC Kelenjar tidak menghilangkan bakterinya tetapi mengurangi penyebaran bakterinya yang dengan kata lain dapat kapan saja terinfeksi lagi. TBC kelenjar juga menjadi alasan dari salah satu penyebab kematian di Indonesia loh... yuk sama-sama lawan TBC dengan hidup sehat!