TBC KELENJAR SURVIVOR !!Baca dan sharing yuk ^_^
TBC,
agaknya tak asing lagi untuk kita masyarakat Indonesia. Penyakit ini biasanya
mudah di kenali karena penderitanya pasti mengalami batuk berkepanjangan bahkan
ada yang sampai mengeluarkan dahak darah. Berbeda dengan TBC Kelenjar yang
masih asing di telinga kita.
TBC
Kelenjar atau dalam bahasa kerennya Limfadenitis Tuberkulosis ini
adalah salah satu penyakit yang di sebabkan Oleh virus ataupun bakteri
tuberculosis. Limfadenitis Tuberculosis ini lebih banyak menyerang perempuan.
Dari namanya “Limfadenitis Tuberculosis” pada TBC jenis ini sering di temukan benjolan
di leher, ketiak ataupun selangkangan.
Benjolan
ini bukanlah seperti benjolan daging tumbuh atau orang Jawa akrab dengan
sebutan “Uci-uci”, benjolan yang terjadi akibat TBC kelenjar ini cenderung
lunak dan memiliki beberapa benjolan lain di sekitar benjolan utama.
Seperti
namanya, ‘TBC Kelenjar’. Penyakit TBC yang satu ini menyerang kelenjar manusia
yang biasanya adalah kelenjar getah bening (di leher). Kelenjar getah bening
adalah bagian vital dari tubuh manusia, kelenjar getah bening sendiri bertugas
untuk membantu imunitas tubuh. Salah satu alasan, mengapa penderita dapat
terinveksi virus TBC adalah imunitas yang menurun sehingga bakteri TBC kelenjar
bisa menyerang kita kapan saja.
TBC
kelenjar di sebabkan oleh bakteri yang menginfeksi getah bening. Nah, darimana
bakteri TBC Kelenjar ini dapat menginfeksi tubuh kita? Jawabannya adalah ‘Makanan’.
Yaps, makanan yang tidak sehat dan makanan yang banyak mengandung zat-zat
berbahaya adalah salah satu penyebab paling dominan. Mungkin bukan pada makanan
yang kita makan, bisa jadi peralatan makan yang kita gunakan.
Untuk
ciri TBC kelenjar sendiri dari orang satu dan orang lainnya berbeda, ciri
umumnya adalah terdapat benjolan di sekitar leher,ketiak ataupun selangkangan.
Penderita TBC Kelenjar tidak harus mengalami batuk atau demam terlebih dahulu
seperti TBC pada umunya. Benjolan ini dapat tumbuh membesar dan membuat
penderitanya merasakan nyeri di bagian leher.
Penanganan
yang tepat dan cepat adalah salah satu penyelamat penderita TBC kelenjar. Karna
apabila terus di biarkan tanpa adanya pengobatan medis bisa jadi benjolan ini
akan semakin membesar lebih besar di bandingkan gondok. Hal yang paling di
takutkan oleh tim medis saat penderita tidak mau melakukan pengobatan medis
adalah pecahnya benjolan yang bisa jadi mengakibatkan hal yang buruk. Tak
jarang benjolan ini tidak dapat pecah tetapi terus membesar sehingga tim medis
harus melakukan operasi pengangkatan benjolan.
Sedikit
berbagi pengalaman pribadi, apabila kalian menemukan benjolan di sekitar leher
ataupun di bagian lain di tubuh kalian alangkah lebih baik jangan memberikan
benjolan itu minyak atau semacamnya apalagi memijat atau menekan benjolan.
Karena hal itu hanya akan memperburuk keadaan benjolan tersebut.
TBC
Kelenjar tidak menular seperti TBC pada umunya, hanya saja apabila kita tidak
melakukan pengobatan sesuai dengan prosedur medis untuk TBC Kelenjar itu, hanya akan
memperburuk kondisi tubuh kita, karena bakteri dapat menginfeksi paru-paru atau
bagian tubuh yang lain.
Beruntung,
TBC Kelenjar yang saya alami tidak separah penderita lainnya. Pengobatan bagi
penderita TBC Kelenjar tetaplah sama seperti penderita TBC lainnya. 6-9 bulan (tergantung
seberapa parah TBC Kelenjar yang kita alami) rutin dan tidak boleh berhenti
seharipun. Apabila kita berhenti 1 hari maka besok terhitung hari pertama bagi
penderita untuk meminum obatnya meskipun penderita telah menjalani masa pengobatannya
selama 1 atau 2 bulan (Bayangin aja hari-hari anda harus hidup dengan obat,
bahkan di dompet pun ada obat!).
Obat
yang di berikan tidak di minum sehari 2/3 kali melainkan 1 kali setelah makan
dan langsung 3 butir sekaligus. Obat yang di berikan tidaklah sama dalam jangka
waktu 6 bulan berturut-turut. Setiap minggunya penderita TBC harus melakukan
pengambilan obat dan kontrol dengan dokter (ada pula yang sesuai dengan janji
dokter), dalam tahap kontrol ini biasa penderita akan di timbang berat badannya
secara berkala untuk memastikan tidak terjadi penurunan berat badan dengan kata
lain penderita tidak boleh kurus! (nyiksa banget, mendadak gendutan huhu) dan
selanjutnya dokter akan memeriksa benjolan kita apakah ada perubahan atau
tidak.
Kebayang
gak sih betapa beruntungya kalian yang sehat dan baik-baik saja. Sebagai mantan
penderita TBC Kelenjar yang bisa kapan saja terinfeksi lagi, saya merasa iri
dengan teman-teman yang lain. Yang bebas makan apapun yang dia suka tanpa ada
kata “tidak boleh”. Rasanya kangen banget makan mie instan, makan ayam goreng K*C,
makan pizza, makan sosis, makan bakso sesuka hati, makan mie ayam tanpa harus
ada jadwal, minum soda, minum float, minum-minuman dalam kemasan dan jajan tahu
atau jamur crispy sepuasnya!!!!
Sedih
lagi, kalau lihat keluarga bisa enak banget makan mie instan dan saya harus
buru-buru masuk kamar supaya gak sempet ngecium bau aroma mie instan. Dalam
kamar pun masih harus nutup hidung supaya gak kecium baunya. Alay? Tapi emang
itu kenyataannya. Setelah masa pengobatan selama kurang lebih 6 bulan lebih 2
minggu, entah gak tau kenapa ini hidung sama mulut gak ke kontrol. Bau mie
instan aja udah bikin mual bahkan pernah hampir muntah saking peningnya.
Namanya juga anak muda, pernah sekali ngenyel dan nyobain makan ayam goyeng K*C,
beberapa jam kemudian kepala langsung pusing dan ayamnya pun saya keluarkan
lagi (hahahahhaah)
Pernah,
salah satu teman tanya ke saya “gimana rasanya minum obat terus?”. Dengan
santai saya jawab, gak enak! Apalagi setelah minum obat TBC kepala langsung
pusing rasanya pengen di keluarin lagi aja obatnya. Dari sini saya belajar
banyak, orang sehat dan mampu bertahan menjaga kesehatannya amatlah beruntung.
Sama
seperti penderita penyakit yang lain yang memerlukan pengobatan setiap hari,
penderita TBC haruslah dalam pengawasan dan dukungan dari orang terdekat. Kebayangkan
gimana rasanya jadi penderita yang harus survive selama 6 bulan untuk minum
obat dan berobat terus. Alhamdulillah, saya punya ibu bagai alarm. Beliau
adalah salah satu orang yang gak akan tidur kalau belum lihat saya minum obat
(I Love you ibuk). Pernah suatu hari, rasanya saya mau nyerah aja deh, gak kuat
minum obat yang gedhenya seruas jari dan sebanyak 3 butir (nelennya susah!,
huhu). Tapi dengan baiknya ibu saya deketin saya dengan mata yang berkaca-kaca
(udah mirip sinetron belum? Hahaha) dan bilang “Ayolah, harus sembuh pokoknya!”
duhh... mendadak melow (alay kan alay hu!!!).
TBC
Kelenjar bisa di hindari kok, dengan cara olahraga teratur dan makan makanan
yang sehat. Kalian yang hobi ke resto siap saji atau apalah itu jangan bangga
dulu ya? Duh.. udah berapa banyak bakteri yang kalian simpan dalam tubuh? Nabung
penyakit di masa depan? Biasakn untuk makan masakan rumah. Apalagi perempuan,
harus bisa masak dong... supaya sehat dan jadi calon istri idaman (hahahaha).
Ingat satu hal pengobatan TBC Kelenjar tidak menghilangkan bakterinya tetapi
mengurangi penyebaran bakterinya yang dengan kata lain dapat kapan saja
terinfeksi lagi. TBC kelenjar juga menjadi alasan dari salah satu penyebab
kematian di Indonesia loh... yuk sama-sama lawan TBC dengan hidup sehat!